.
Habema-Trikora, Elok di Atas Awan
Keindahan Habema-Trikora (Manusia dan Keindahan)
Puncak Trikora dengan jajaran pegunungan di kanan-kirinya tengah berbaik hati. Gunung yang biasanya selalu tertutup awan dan kabut ini, pagi itu menampakkan wujud utuhnya kepada setiap mata yang memandang. Di kakinya, Danau Habema dengan tenang bersemayam.
Pemandangan spektakuler tersebut membuat kepenatan perjalanan
darat selama tiga jam dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pertengahan
Oktober lalu, terbayarkan. Perjalanan yang bisa dibilang tidak ringan.
Mobil berpenggerak empat roda yang kami tumpangi
harus melewati medan offroad mendaki dengan sesekali menembus lapisan awan
tipis. Danau Habema dan Puncak Trikora terletak di ketinggian lebih dari 3.200
meter dari permukaan laut (mdpl). Keduanya masuk dalam zona inti Taman Nasional
Lorentz, Papua.
Semakin tinggi menanjak, semakin tajam suhu dingin merasuk,
terutama saat angin semilir berembus. Dua lapis jaket dan dua lapis celana yang
dikenakan masih belum sanggup menjadi penawarnya.
”Suhu rata-rata di Habema mencapai 8 derajat
celsius. Suhu terendah yang pernah kami rasakan sampai 4 derajat celsius,” ujar
Jimmi Pamassangan, anggota staf lapangan TN Lorentz yang menemani rombongan
kami mengunjungi Habema. Rombongan kala itu sekitar 10 orang, terdiri atas
unsur WWF Indonesia, Balai Taman Nasional Lorentz, wisatawan asing, dan Kompas.
Sesampai di
lokasi itu, perjalanan menuju danau masih harus dilanjutkan dengan berjalan
kaki sekitar 45 menit menuruni dan menaiki punggung bukit yang terpisahkan
padang basah. Di medan ini, kaki harus cermat melangkah jika tak ingin ambles
ke genangan air dan lumpur yang tersamarkan rumput atau lumut.
Namun, semua
lelah itu lenyap ditelan indahnya panorama saat tiba di tepi danau. Airnya
dingin dan jernih. Dari pinggiran, dasar danau yang berpasir halus berwarna
kekuningan bisa terlihat. Suasana sekeliling sangat tenang sambil sesekali
ditingkahi kicauan burung.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar